Harta Duniawi atau Surgawi

Apakah tujuan hidup kita selama ini? Ingin mencapai cita-cita kita? Bersenang-senang selama hal itu masih bisa dirasakan? Melakukan kebaikan bagi sesama atau hanya untuk mengumpulkan harta benda demi kelangsungan hidup kita di dunia ini? Apakah kita sekedar ingin menikmati kehidupan kita di dunia ini atau ada hal lainnya yang ingin kita kejar?

Upah dari percaya pada Tuhan

Surat Roma yang kita baca hari ini membandingkan “upah” dengan “percaya.” Kita sering mendengar bagaimana upah/jasa dan percaya/iman dipertentangkan. Tapi kita mungkin jarang memberi waktu untuk melihat lebih dalam implikasi dari masing-masing kata ini.

Dulu saya pernah bekerja di sebuah perusahaan di Cikarang,

Tuhan akan memberi Penolong

Saya sangat suka merenungkan kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian. Banyak hal yang bisa digali, banyak kekayaan di dalamnya yang tidak habis-habisnya direnungkan. Seperti sumber air yang tidak pernah kering. Dua kata yang sangat “menohok” saya adalah kata “penolong” dan “sepadan” dalam Bacaan I. Mari kita lihat sebentar dua kata ini

Mengenali Jiwa

Alkisah tentang seorang ibu yang bekerja sebagai pencopet yang melahirkan anaknya di sebuah rumah bersalin. Bayinya dirawat bersama dengan bayi-bayi lain di Rumah Bersalin. Suatu ketika ibu itu datang untuk menengok bayinya, tetapi ia tidak mengenalinya lagi. Ia mengambil dompetnya lalu diulurkan ke bayi-bayi itu. Satu di antaranya langsung merebut dompet tersebut, “Nah ini pasti bayi saya.” Apakah kelakuan ibunya “diturunkan” kepada anaknya?

“Practice makes you perfect”

Pernahkah kita berpuasa atau berdoa ataukah berkontemplasi? Tahukah kita bahwa hal-hal tersebut merupakan bagian dari latihan rohani? Apa yang dimaksud latihan rohani? Kenapa kita harus melakukan latihan rohani? Semua ini adalah bagian dari perjalanan hidup seorang manusia yang memiliki sisi spiritual. Berkat sisi spiritual ini, kita akan semakin mengenal siapa diri kita sebagai ciptaan dan hubungannya dengan Sang Pencipta.